About Me
- Jamal
- Hamba Allah Yang Berusaha Istiqomah Memegang Amanah Pernah bersekolah di SDN Catur,MTsN Wonotoro,Sambi, Boyolali PGAN Salatiga dan di Universitas Kartini Surabaya
Diberdayakan oleh Blogger.
26 TAHUN DIKUBUR JASAD KYAI TETAP UTUH
Tangerang - Surya - Warga Jalan Garuda Pintu Air, RT 03 RW 02 Kelurahan Juru Mudi Baru, Kecamatan Benda, Kota Tangerang, dua pekan lalu sempat dihebohkan seputar pembongkaran makam KH Abdullah Mukmin. Pasalnya, saat dibongkar, jasad kiai tersebut masih dalam kondisi utuh, kendati telah meninggal 26 tahun silam.
Alhasil, kini makam kiai yang juga mantan Wakil Ketua Pengadilan Agama Tangerang itu menjadi pusat perhatian warga. “Ada saja yang datang ke sini. Ada yang ziarah, ada juga yang sekadar melihat-lihat,” kata Ahmad Pathi, anak keempat dari tujuh bersaudara mendiang KH Abdullah Mukmin saat ditemui, Selasa (18/8) petang.
Dalam kesempatan itu Ahmad ditemani kakak sulungnya, Mukhtar Ali. Mukhtar mengatakan pihaknya mengizinkan warga yang ingin berziarah ataupun hanya untuk melihat makam mendiang ayah mereka yang meninggal pada 22 Oktober 1983. Ayah mereka meninggal karena gagal ginjal dan sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Terkait pembongkaran makam tersebut, menurut Ahmad karena terkait proyek Pemerintah Kota Tangerang untuk pelebaran Jalan Benda. Proyek pelebaran jalan ini untuk membuka akses lebih lebar menuju Bandara Soekarno-Hatta yang memang tidak jauh dari lokasi pemakaman tersebut.
Ahmad mengatakan, lokasi kuburan awal ayahnya berada di areal Musala An-Najat. Lokasinya di bibir Kali Ciajane dan tidak jauh dari Pondok Pesantren (Ponpes) As-Ashidiqiyah II milik KH Iskandar Mohammad SQ.
Ahmad yang ketika itu ikut dalam pembongkaran makam mengaku perasaannya antara percaya dan tidak ketika melihat jasad ayahnya masih dalam kondisi utuh. Selain kondisi jasad, papan penutup jenazah pun dalam kondisi utuh dan sama sekali tidak lapuk.
“Kain kafan masih utuh, waktu mau dipindahin, kain cuma kotor terkena lumpur. Jadi, cuma saya siram-siram air sedikit sudah bersih lagi. Papan penutup yang sampai ke dasar juga utuh,” kata Ahmad seraya memperlihatkan papan tersebut yang katanya dari kayu kamper. “Saya sempat menyimpan dua papan buat kenang-kenangan,” tambahnya.
Bahkan, imbuh Ahmad, papan bekas penutup makan tersebut sempat ada yang memintanya, tapi ia menolaknya. Untuk apa? “Saya nggak tahu buat apa,” katanya.
Mukhtar menambahkan, waktu makam dibongkar, kain kafan yang melilit tubuh jasad ayahnya masih utuh dan berwarna putih bersih. “Saya sempat lihat wajahnya, masih seperti 26 tahun waktu dulu dikubur, nggak berubah. Badannya juga masih seperti dulu, cuma rambutnya agak memutih. Baunya wangi sekali,” imbuhnya.
Disinggung seperti apa sosok mendiang, menurut Mukhtar, ayahnya dikenal sebagai guru dan juga tokoh masyakarat yang disegani. Abdullah Mukmin datang ke Kelurahan Juru Mudi pada tahun 1950-an, setelah belajar di Darul Ulum, Makkah, selama 25 tahun.
Abdullah memiliki tiga istri. Istri pertama Rohani, meninggal dan dikarunia dua anak. Abdullah menikah untuk kedua kalinya dengan Maswani dan dikarunia lima anak, namun Maswani lebih dulu dipanggil Sang Khalik. Terakhir, Abdullah menikahi Hajah Romlah asal Kramat Pulo, namun tidak dikarunia anak.
Semasa hidupnya, di lingkungan itu Abdullah mendirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang diberi nama MI Islahuddiniyah, yang berada di depan rumahnya. Kini MI ini dikelola putranya, Abdul Zibaqi. Gedung MI ini pun sebagian tergusur dan tengah dalam pembangunan.
Sedangkan makam mendiang yang sebelumnya berada di samping Musala An-Najat, menurut Ahmad merupakan permintaan mendiang sebelum meninggal. “Waktu itu pesannya kalau meninggal minta dimakamkan di samping Musala An-Najat,” kata Ahmad.
Kini, makam baru KH Abullah Mukmin terletak persis di depan rumah Ahmad, atau digeser beberapa meter dari lokasi semula. Di areal pemakaman baru itu terdapat tiga makam, yakni makam KH Abudllah Mukmin, makam putra keduanya bernama M Subur, dan makam Maswani, istri kedua mendiang yang juga ibu kandung Ahmad.
Terkait kondisi jasad ayahnya yang masih utuh, Ahmad mengaku tak mendapatkan tanda-tanda tertentu sebelumnya. “Cuma saya pernah mendengar kalau jasad seorang kiai itu katanya utuh, tidak seperti yang lain. Saya bukan bermaksud mau menyombongkan diri, mudah-mudah apa kata orang itu benar terkait ayah saya,” tandas Ahmad. wkt
Sumber www.surya.co.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
9 komentar:
itulah bukti kebesaran Allah SWT.
mohon maaf lahir dan batin, selamat menunaikan ibadah puasa.
salam.
salam sobat
masih utuh,,karena amal dan ibadahnya yang dilakukan selama hidupnya begitu besar serta banyak kebajikannya dalam memberikan segalanya yang bermanfaat di dunia.
kun fayakun... jika Allah berkehendak semuanya bisa terjadi....
selamat menunaikan ibadah puasa...
Apapun perbuatan manusia pasti ada ganjarannya sendiri-2 dan contoh dari Kyai Abdullah Mukmin adalah contoh nyata dari amalan Beliau semasa hidup, semoga ini memberi pengingat pada kita semua dan semoga kita semua dibebaskan dari siksa dan Adzabun 'alim
makasih koment nya Mbak Narti,Mbak Nura juga Rizal
salam sobat
semoga kita termasuk golongan orang-orang yang dicintai ALLAH SWT ammiinn.
seperti Kyai Abdullah Mukmin ini contohnya.
Bukti-bukti kebesaran Allah bagi mereka yang mau berfikir..salah satu contoh Jasad yang sudah puluhan tahun secar akal manusia pasti sudah membusuk..Allah maha kuasa atas segala sesuatu.
Maha Besar Allah, Ia telah menunnjukkan kebesaraNya kepada hambaNya yang dicintai
subhannallah walhamdulilah walailia haillallah
ya allah alangkah mulianya engkau memberikan ganjaran kepada orang orang yan soleh....
aq membacanya sampai air mata aq menetes alangkah besar kau tunjukan kuasa u ya allah.. smga kt semua termasuk ahli janah
amin
Alhamdulillah ternyata dizaman moderen ini masi ada seorang kiayi yang di tunjukan kepada umat nya ini lah perbuatan didunia ada balasan nya baik & buruk tinggal kita mau pilih yg mana amalan baik perbuatan baik balasan nya surga tapi yg tdk baik neraka jahanam balasan nya .....
Posting Komentar
Tinggalkan sepatah dua patah kata untuk sarana meneliti tulisanku, kritik, saran ataupun cemoohan juga boleh